Kota Yogyakarta

Sekang Wikipedia, Ensiklopedia Bebas sing nganggo Basa Banyumasan: dhialek Banyumas, Purbalingga, Tegal lan Purwokerto.


Kota Yogyakarta

Bendera

Logo
Jeneng sejen: Kota Pelajar
Motto: Mangayu Hayuning Bawana
Jawa: Cita-cita untuk menyempurnakan masyarakat
Kota Yogyakarta is located in Indonesia<div style="position: absolute; z-index: 2; top: Masalah pitembungan: Operand kanggo * ora ana.%; left: -201.1%; height: 0; width: 0; margin: 0; padding: 0;">
Kota Yogyakarta
Negara Indonesia
Propinsi D.I.Yogyakarta
Pemerentahan
 - Wali kota H. Herry Zudianto, SE., Akt., MM
Luas
 • Total 32,5 km2 (12,5 sq mi)
Populasi (2010)
 • Total 388,088
 • Kepadatan Bad rounding here12,000/km2 (Bad rounding here31,000/sq mi)
Zona waktu WIB (UTC+7)
Kode tilpun 0274
Situs web www.jogja.go.id

Kota Yogyakarta kuwe salah siji kota gede nang Pulau Jawa sing dadi ibu kota lan pusat pemerentahan Daerah Istimewa Yogyakarta, lan sekaligus dadi panggonane Sultan Yogyakarta lan Adipati Pakualam.

Salah siji kecamatan nang Yogyakarta, yaiku Kotagede tau dadi pusat Kesultanan Mataram antara 1575-1640. Keraton (Istana) sing esih duwe fungsi sing sebenere yakuwe Karaton Ngayogyakarta lan Puro Pakualaman, sing dadi pecahane sekang Mataram.

Etimologi[sunting | besut sumber]

Nama Yogyakarta terambil sekang dua kata, yaitu Ayogya sing berarti "kedamaian" (atau tanpa perang, a "tidak", yogya merujuk pada yodya atawa yudha, sing berarti "perang"), lan Karta sing berarti "baik". Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad (misalnya Babad Giyanti) lan leluri (riwayat oral) telah berupa sebuah dalem sing bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang oleh Sunan Pakubuwana II sebagai Dalem Ayogya[1].

Sejarah[sunting | besut sumber]

Mataram Hindu (Abad ke-10 Masehi)[sunting | besut sumber]

Meskipun hilang sekang catatan sejarah sejak berpindahnya pusat pemerentahan Kerajaan Medang pada abad ke-10 ke timur, wilayah lembah di selatan Gunung Merapi sejak abad ke-15 tetap dihuni banyak orang lan konon dadi bagian sekang kawasan sing disebut sebagai Pengging. Dalam kronik perjalanannya, Bujangga Manik, seorang pangeran pertapa sekang Kerajaan Sunda pernah melewati wilayah ini, tetapi tidak menyebut nama "Yogya" atawa sing bermiripan.

Mataram Islam (1575 - 1620)[sunting | besut sumber]

Cikal-bakal kota Yogya adalah kawasan Kotagede, sekarang dadi salah siji kecamatan di Kota Yogyakarta. Keraton penguasa Mataram Islam pertama, Panembahan Senapati (Sutawijaya), didirikan di suatu babakan sing merupakan bagian sekang hutan Mentaok (alas Mentaok). Kompleks tertua keraton ini sekarang masih tersisa sebagai bagian batu benteng, pemakaman, lan masjid. Setelah sempat berpindah dua kali (di keraton Pleret lan keraton Kerta, keduanya berada di wilayah Kabupaten Bantul), pusat pemerentahan Kesultanan Mataram beralih ke Kartasura.

Setelah Perjanjian Giyanti (1745 - 1945)[sunting | besut sumber]

Sejarah kota memasuki babak baru menyusul ditandatanganinya Perjanjian Giyanti antara Sunan Pakubuwono III, Pangeran Mangkubumi (yang dinobatkan dadi Sultan Hamengkubuwono I, lan VOC pada 13 Februari 1755. Perjanjian ini membagi dua Mataram dadi Mataram Timur (yang dinamakan Surakarta) lan Mataram Barat (yang kemudian dinamakan Ngayogyakarta)

Yogyakarta sebagai pusat pemerentahan politik baru secara resmi berdiri sejak Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I) mengakhiri pemberontakan sing dipimpinnya, mendapat wilayah kekuasaan separuh wilayah Mataram sing tersisa, lan diizinkan mendirikan keraton di tempat sing dikenal sekarang. Tanggal wisuda keraton ini, 7 Oktober 1756, kini dijadikan sebagai hari jadi Kota Yogyakarta.

Perluasan kota Yogyakarta berjalan secara cepat. Perkampungan-perkampungan di luar tembok keraton dinamakan menurut kesijian pasukan keraton, seperti Patangpuluhan, Bugisan, Mantrijeron, lan sebagainya. Selain itu, dibangun pula kawasan untuk orang-orang berlatar belakang non-pribumi, seperti Kotabaru untuk orang Belanda lan Pecinan untuk orang Tionghoa. Pola pengelompokan ini merupakan hal sing umum pada abad ke-19 sampai abad ke-20, sebelum berakhirnya penjajahan. Banyak di antaranya sekarang dadi nama kecamatan di dalam wilayah kota.

Terdapat situs-situs tua sing tinggal puing, khususnya sing didirikan pada masa awal tetapi kemudian diterlantarkan karena rusak akibat gempa besar sing melanda pada tahun 1812, seperti situs tetirahan Warungboto, sing didirikan oleh Sultan Hamengkubuwana II lan situs Taman Sari di dalam tembok keraton sing didirikan Sultan Hamengkubuwana I. Pasar Beringharjo sudah dikenal sebagai tempat transaksi dagang sejak keraton berdiri, namun bangunan permanennya baru didirikan pada awal abad ke-20 (1925).

Paruh kedua abad ke-19 merupakan masa pemodernan kota. Stasiun Lempuyangan pertama dibangun lan selesai 1872. Stasiun Yogyakarta (Tugu) mulai beroperasi pada tanggal 2 Mei 1887. Yogyakarta di awal abad ke-20 merupakan kota sing cukup maju, dengan jaringan listrik, jalan untuk kereta kuda lan mobil cukup panjang, serta berbagai hotel serta pusat perbelanjaan (Jalan Malioboro lan Pasar Beringharjo) telah tersedia. Perkumpulan sepak bola lokal, PSIM, didirikan pada tanggal 5 September 1929 dengan nama Perserikatan Sepak Raga Mataram.

Masa Revolusi (1945 - 1950)[sunting | besut sumber]

Kota Yogyakarta uga memainkan percaturan politik sejarah Indonesia, pada 4 Januari 1946, pemerentah Republik Indonesia memutuskan untuk memindahkan Ibu kota sekang Jakarta ke Yogyakarta setelah Belanda dengan Sekutu melancarkan serangan ke Indonesia. Kota ini uga dadi saksi atas Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, sing pada akhirnya dapat diduduki Belanda, serta Serangan Umum 1 Maret 1949 sing berhasil mneguasai Yogyakarta selama 6 jam.

Pusaka lan Identitas Daerah[sunting | besut sumber]

  • Tombak Kyai Wijoyo Mukti

Merupakan Pusaka Pemberian Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tombak ini dibuat pada tahun 1921 semasa pemerentahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Senjata sing sering dipergunakan para prajurit ini mempunyai panjang 3 meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan dhapur kudhuping gambir ini, landeannya sepanjang 2,5 meter terbuat sekang kayu walikun, yakni jenis kayu sing sudah lazim digunakan untuk gagang tombak lan sudah teruji kekerasan lan keliatannya.

Sebelumnya tombak ini disimpan di bangsal Pracimosono lan sebelum diserahkan terlebih dahulu dijamasi oleh KRT. Hastono Negoro, di dalem Yudonegaran. Pemberian nama Wijoyo Mukti baru dilakukan bebarapa hari menjelang upacara penyerahan ke Pemkot Yogyakarta, pada peringatan hari ulang tahun ke-53 pemerentah kota Yogyakarta tanggal 7 Juni 2000. Upacara penyerahan dilakukan di halaman Balaikota lan pusaka ini dikawal khusus oleh prajurit Kraton ”Bregodo Prajurit Mantrijero”.

Tombak Kyai Wijoyo Mukti melambangkan kondisi Wijoyo Wijayanti. Artinya, kemenangan sejati di masa depan, dimana seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan kesenangan lahir bathin karena tercapainya tingkat kesejahteraan sing benar-benar merata.

Geografi[sunting | besut sumber]

Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota lan kebudayaan dadi dua), lan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 KM sekang Jakarta, 116 KM sekang Semarang, lan 65 KM sekang Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung - Semarang - Surabaya - Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl.

Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase sing tertata rapi sing dibangun oleh pemerentah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air sing dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.

Batas Administrasi[sunting | besut sumber]

Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Untuk menjaga keberlangsungan pengembangan kawasan ini, dibentuklah sekretariat bersama Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, lan Bantul) sing mengurusi semua hal sing berkaitan dengan kawasan aglomerasi Yogyakarta lan daerah-daerah penyangga (Depok, Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, lan Banguntapan).

Adapun batas-batas administratif Yogyakarta adalah:

  • Utara: Kecamatan Mlati lan Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
  • Timur: Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman lan Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul
  • Selatan: Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, lan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
  • Barat: Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman lan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul

Demografi[sunting | besut sumber]

Jumlah penduduk kota Yogyakarta, berdasar Sensus Penduduk 2010 [2]., berjumlah 388.088 jiwa, dengan proporsi laki-laki lan perempuan sing hampir setara.

Islam merupakan agama mayoritas sing dianut masyarakat Yogyakarta, dengan jumlah penganut Kristen lan Katolik sing relatif signifikan. Seperti kebanyakan sekang Islam kebanyakan di kota-kota pedalaman Jawa, mayoritas masih mempertahankan tradisi Kejawen sing cukup kuat.

Yogyakarta uga dadi tempat lahirnya salah siji organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah sing didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di Yogyakarta.

Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah pelajar lan terdapat 137 perguruan tinggi. Kota ini diwarnai dinamika pelajar lan mahasiswa sing berasal sekang berbagai daerah di Indonesia. Perguruan tinggi sing dimiliki oleh pemerentah adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga lan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Transportasi[sunting | besut sumber]

Kota Yogyakarta sangat strategis, karena terletak di jalur-jalur utama, yaitu Jalan Lintas Selatan sing menghubungkan Yogyakarta, Bandung, Surakarta, Surabaya, lan kota-kota di selatan Jawa, serta jalur Yogyakarta - Semarang, sing menghubungkan Yogyakarta, Magelang, Semarang, lan kota-kota di lintas tengah Pulau Jawa. Karena itu, angkutan di Yogyakarta cukup memadai untuk memudahkan mobilitas antara kota-kota tersebut. Kota ini mudah dicapai oleh transportasi darat lan udara, sedangkan karena lokasinya sing cukup jauh sekang laut (27 - 30 KM) menyebabkan tiadanya transportasi air di kota ini.

Dalam kota[sunting | besut sumber]

Bus kota[sunting | besut sumber]

Kota Yogyakarta merupakan salah siji kota di Indonesia sing tidak mengenal istilah angkutan kota (angkot dengan armada minibus). Transportasi darat di dalam Yogyakarta dilayani oleh sejumlah bus kota. Kota Yogyakarta punya sejumlah jalur bus sing dioperasikan oleh koperasi masing-masing (antara lain Aspada, Kobutri, Kopata, Koperasi Pemuda Sleman, lan Puskopkar) sing melayani rute-rute tertentu[3]:

Trans Jogja[sunting | besut sumber]

Sejak Maret 2008, sistem transportasi bus sing baru, bernama Trans Jogja hadir melayani sebagai transportasi massal sing cepat, aman lan nyaman. Trans Jogja merupakan bus 3/4 sing melayani berbagai kawasan di Kota, Sleman lan sebagian Bantul. Hingga saat ini (November 2010), telah ada 8 (delapan) trayek sing melayani berbagai sarana vital di Yogyakarta, yaitu:

  • Trayek 1A lan Trayek 1B, melayani ruas protokol lan kawasan pusat perekonomian lan pemerentahan, seperti Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan Yogyakarta.
  • Trayek 2A lan Trayek 2B, melayani kawasan perkantoran Kotabaru lan Sukonandi.
  • Trayek 3A lan Trayek 3B, melayani kawasan selatan, termasuk uga kawasan sejarah Kotagede.
  • Trayek 4A lan Trayek 4B, melayani kawasan pendidikan, seperti UII, APMD, UIN Sunan Kalijaga, lan Stasiun Lempuyangan.

Trans Jogja sangat diminati selain karena aman lan nyaman, tarif sing saat ini diterapkan uga terjangkau, yaitu Rp3.000,- untuk sekali jalan, dengan dua sistem tiket: sekali jalan lan berlangganan. Bagi tiket berlangganan, dikenakan potongan sebesar 10% untuk umum lan 30% bagi pelajar.

Taksi[sunting | besut sumber]

Taksi mudah dijumpai di berbagai ruas jalan di Yogyakarta, terutama di ruas protokol lan kawasan pusat ekonomi lan wisata. Ada berbagai perusahaan taksi sing melayani angkutan ini, sekang sing berupa sedan hingga minibus.

Luar kota[sunting | besut sumber]

Kereta api[sunting | besut sumber]

Transportasi ke Yogyakarta dapat menggunakan kereta api sekang Jakarta, Bandung atawa Surabaya, pemberangkatan lan kedatangan kereta api (KA) kelas eksekutif lan bisnis dilayani Stasiun Yogyakarta, uga dikenal sebagai Stasiun Tugu sedangkan KA kelas ekonomi dilayani di Stasiun Lempuyangan. Ada pula kereta api komuter cepat dengan Surakarta sing bernama Pramek.

Bus[sunting | besut sumber]

Bus AKAP tersedia sekang lan ke semua kota di Pulau Jawa, datang lan berangkat sekang Terminal Penumpang Yogyakarta, sing berada di Jalan Imogiri Timur, Giwangan, berada di tepi Jalan Lingkar Luar Selatan Yogyakarta, di batas wilayah antara Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul.

Pesawat udara[sunting | besut sumber]

Transportasi udara sekang lan ke Yogyakarta dilayani oleh Bandara Internasional Adisutjipto sing terletak di tepi Jalan Adisucipto KM 9, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Bandara ini melayani penerbang domestik ke kota-kota besar di Pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Surabaya), Sumatra (Batam), Bali, Kalimantan (Pontianak, Banjarmasin, lan Balikpapan), lan Sulawesi (Makassar).

Selain itu, bandara ini uga melayani penerbangan harian ke Singapura lan Kuala Lumpur dengan maskapai Penerbangan Malaysia lan Indonesia AirAsia.

Walikota Yogyakarta[sunting | besut sumber]

No Walikota Bertugas
1 M. Enoch Mei 1947 - Juli 1947
2 Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo Juli 1947 - Januari 1966
3 Soedjono A. Y. Januari 1966 - November 1975
4 H. Ahmad November 1975 - Mei 1981
5 Soegiarto 1981-1986
6 Djatmiko D 1986-1991
7 R. Widagdo 1991-2001
8 Herry Zudianto 2001-sekarang

Kota kembar[sunting | besut sumber]

Referensi[sunting | besut sumber]

  1. Surjomihardjo, Abdurracham. 2008. Kota Yogyakarta Tempoe Doeloe, Sejarah Sosial 1880-1930. Jakarta: Komunitas Bambu.
  2. BPS, 2010.
  3. (Indonesia) Situs Resmi pemerentah kota Yogyakarta. "Jalur bus" (pdf). http://www.jogjakota.go.id/app/modules/extra/images/jalurbus.pdf. Diakses pada Masalah: wektu ora absah. 

deleng uga[sunting | besut sumber]

Pranala jaba[sunting | besut sumber]

Cithakan:DIY