Ilmu

Sekang Wikipedia, Ensiklopedia Bebas sing nganggo Basa Banyumasan: dhialek Banyumas, Purbalingga, Tegal lan Purwokerto.
(Dialihna sekang Sains)


Ilmu alam: Planet Mars (kiri), Planet Merkuri (kanan), Bulan (bawah kiri), Pluto (bawah tengah), dan Haumea (bawah kanan), perbandingan skala menggunakan diameter Sirius B

Ilmu (atawa ilmu pengetahuan) kuwe kabeh usaha sadar kanggo nyelidiki, nemukna lan ningkatna pemahaman menungsa sekang werna-werna segi kenyataan nang alam menungsa [1]. Segi-segi kiye dibatesi ben dihasilna rumusan-rumusan sing pasti. Ilmu ngaweh kepastian dengan membatasi lingkup pandangane, lan kepastian ilmu-ilmu diperoleh sekang keterbatasane[2].

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori sing disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode sing diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan sing dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal sing bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia sing kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.

Etimologi[sunting | besut sumber]

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"[3] sing berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.

Syarat-syarat ilmu[sunting | besut sumber]

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam sing telah ada lebih dahulu.

  1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian sing terdiri dari satu golongan masalah sing sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, sing dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
  2. Metodis adalah upaya-upaya sing dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” sing berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu sing digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
  3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan sing teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem sing berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat mensingkut objeknya. Pengetahuan sing tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu sing ketiga.
  4. Universal. Kebenaran sing hendak dicapai adalah kebenaran universal sing bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu sing keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) sing dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Pemodelan, teori, dan hukum[sunting | besut sumber]

Artikel utama: metode ilmiah

Istilah "model", "hipotesis", "teori", dan "hukum" mengandung arti sing berbeda dalam keilmuan dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model untuk menjelaskan sesuatu, secara khusus sing bisa digunakan untuk membuat dugaan sing bisa diuji oleh percobaan/eksperimen atau pengamatan. Suatu hipotesis adalah dugaan-dugaan sing belum didukung atau dibuktikan oleh percobaan, dan Hukum fisika atau hukum alam adalah generalisasi ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.

Matematika dan metode ilmiah[sunting | besut sumber]

Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran sing dimainkannya dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi matematis. Cabang matematika sing sering dipakai dalam keilmuan di antaranya kalkulus dan statistika, meskipun sebenarnya semua cabang matematika mempunyai penerapannya, bahkan bidang "murni" seperti teori bilangan dan topologi.

Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan bahwa pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan. Sebagian sing lainnya tidak menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental pada teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya matematika sebagai alat sing sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan alam semesta telah menjadi isu utama bagi filsafat matematika.

Lihat Eugene Wigner, The Unreasonable Effectiveness of Mathematics.

Richard Feynman berkata, "Matematika itu tidak nyata, tapi terasa nyata. Di manakah tempatnya berada?", sedangkan Bertrand Russell sangat senang mendefinisikan matematika sebagai "subjek sing kita tidak pernah tahu apa sing sedang kita bicarakan, dan kita tidak tahu pula kebenarannya." -->

Bidang-bidang keilmuan[sunting | besut sumber]

Ilmu alam[sunting | besut sumber]

Ilmu sosial[sunting | besut sumber]

Ilmu terapan[sunting | besut sumber]


Tema terkait[sunting | besut sumber]

Lihat pula[sunting | besut sumber]

Referensi[sunting | besut sumber]

  1. Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni Untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008. Hal 7-11.
  2. Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni Untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008. Hal 7-11
  3. Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu'ran, Grafindo, Jakarta, 1996, hal. 7.
  4. Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 8.

Pranala luar[sunting | besut sumber]

Cithakan:Wikiquotepar

Sumberdaya[sunting | besut sumber]