Kesugihan, Cilacap
Kecamatan Kesugihan |
Kabupaten |
Kabupaten Cilacap |
Camat |
--- |
Luas |
--- |
Penduduk |
--- |
Desa/Kelurahan |
---/--- |
Pambuka
[sunting | besut sumber]Kecamatan Kesugihan kuwe salah siji kecamatan nang kabupaten Cilacap. Kesugihan uga kadhang diarani kota pesantren. sebab ana 8 pesantren, antara liya : Pesantren Al Fiel sing didegna nang Almarhum KH Mungalim, Pesantren 'Ainul Huda sing diasuh nang Bapak KH Abdul Kholiq, Pesantren APIK pengasuhe Bapak Kyai Muhdir Saefulloh (calon haji, Amiiin....) Pesantren sing paling gedhe neng kene yakuwe Al-Ihya Ulumadin Kesugihan sing dipimpin dening Bapak K.H. Khasbullah Badawi
Geografis
[sunting | besut sumber]Letak wilayah Kecamatan Kesugihan : Selatan (Kec.Gumilir dan Cilacap), Utara (Kec.Jatilawang) Timur (Kec Maos dan Kec Adipala), Barat (Kec. Jeruk Legi). Wilayah Kecamatan Kesugihan juga dilalui aliran Sungai Serayu sing merupakan sungai sing hulu-nya di Gunung Slamet dan bermuara di Laut Selatan atau Samudera Indonesia (Pal-Kauman).
Desa-Desa
[sunting | besut sumber]Desa-desa nang kecamatan Kesugihan antarane:
- Kesugihan Lor
- Kesugihan Kidul
- Planjan
- Kuripan
- Pesanggrahan,
- Keleng
- Bulupayung
- Slarang
- Karangkandri
- Menganti
- Karang Jengkol
- Gumelar
- Kalisabuk
- Menganti
- Kuripan Kidul
- Jangrana
- Dondong
Penduduk
[sunting | besut sumber]ekonomi nang kecamatan kesugihan kebanyakan nduwi pegawaian petani, selain petani uga ana sing dadi pedagang, tukang ndipo(golek pasir), uga ana sing PNS(tapi setitik)
Mitos
[sunting | besut sumber]Ada pameo dikalangan orang tua di daerah Kecamatan Kesugihan, bahwa seseorang baik laki-laki ataupun perempuan sing berasal dari Desa Kesugihan mempunyai pantangan tidak boleh menikah dengan orang sing berasal dari Desa Keleng atau Desa Pesanggrahan. Ini hanya pameo sing secara nalar tidak dapat dipertanggungjawabkan, namun perlu juga ditelisik apa dan bagaimana latar belakang munculnya pameo tersebut. Seperti diketahui di 2 wilayah (Kesugihan dan Keleng/Pesanggrahan) tersebut terdapat 2 makam panembahan sing dikeramatkan yaitu Panembahan Nyai Sugih di Desa Kesugihan dan Panembahan Ki Watulingga di Desa Pesanggrahan. Konon pada jaman Mataram dipimpin oleh Sultan Agung, setelah selesai melakukan penyerangan terhadap Belanda di Batavia sebagian pasukan tidak pulang ke Keraton Mataram namun menetap karena berbagai alasan diantaranya karena menikah dengan salah seorang penduduk di daerah sing dilalui pasukan Mataram atau alasan lain seperti berguru kepada orang sakti atau bertapa (mencari jatidiri). Ki Watulingga pada saat muda merupakan prajurit Mataram sing tidak pulang ke Keraton setelah penyerangan ke Batavia dengan alasan tertarik (kepincut) dengan bunga Desa, Puteri Saudagar kaya raya, tidak diketahui nama waktu masih muda, namun kelak setelah dimakamkam wanita tersebut dikenal dengan nama Nyai Sugih. Sewaktu masih muda, disamping anak Saudagar kaya Nyai Sugih juga memiliki wajah sing sangat cantik, dan banyak anak-anak muda dari desa lain bahkan para bupati jawa menyuruh utusan untuk mempersunting Nyai Sugih. Maka orang Tua Nyai Sugih membuat sayembara adu kesaktian siapapun sing menang pada hari sayembara maka laki-laki itu akan menjadi suami Nyai Sugih. Pada masa itu siapapun mengetahui bahwa orang sing paling sakti di wilayah Karsidenan Banyumas adalah Bupati Banyumas sing bernama Arya Gumarang, disamping memiliki kesaktian, beliau merupakan anak muda sing juga memiliki ketampanan sing luar biasa dan sebenarnya mempunyai niat ingin menikah Nyai Sugih. Disisi lain Nyai Sugih ternyata mengidolakan Arya Gumarang, namun karena sayembara sudah diumumkan maka pada harinya seluruh pemuda sing mempunyai nyali bertaruh nyawa untuk memenangkan peperangan. Sasing pada hari Sayembara Arya Gumarang dipanggil Raja Mataram untuk menghadap, sayembara akhirnya dimenangkan oleh Watulingga, namun Nyai Sugih menyatakan menolak untuk menikahi Watulingga dengan alasan Arya Gumarang tidak hadir, Watulingga murka, mengamuk kedua orang tua dan Nyai Sugih dibunuh, sebelum meninggal Nyai Sugih membuat kutukan bahwa Orang Kesugihan (Desa Nyai Sugih berasal) tidak diperkenankan menikah dengan orang Pesanggrahan/keleng (Desa Pemuda Watulingga tinggal, kalau memaksa maka salah satu akan celaka/gila dan hal negatif lainnya, namun ini pameo sing secara nalar dan kaidah sejarah tidak bisa dipertanggungjawabkan, percayalah hanya kepada ALlah, SWT