Raden Banyak Cotro

Sekang Wikipedia, Ensiklopedia Bebas sing nganggo Basa Banyumasan: dhialek Banyumas, Purbalingga, Tegal lan Purwokerto.

Raden Banyak Cotro (Raden Banyak Catra) utawa ana juga sing nyebut (utamane nang tanah Sunda) Raden Banyak Sosro ialah salah siji putra pasangan Raden Baribin karo Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Prabu Dewa Niskala sekang Kerajaan Galuh Kawali (Pajajaran).

Raden Banyak Cotro kawin karo salah siji putri Adipati Banyak Galeh (Wirakencana utawa Pangeran Mangkubumi II) sekang Kadipaten Pasir Luhur, salah siji putra pasangan kiye ialah Raden Joko Kahiman.

Banyak Cotro atau yang di daerah Galuh di kenal dengan nama Banyak Wide konon merupakan tunangan dari Kanjeng Ratu Kidul sebelum lari ke arah Jawa Tengah karena penyakit kulit yang dideritanya dan kemudian ratu menceburkan diri ke Laut Selatan, setelah sang Ratu nyebur ke laut kidul, sementara itu Banyak Wide mencari Kanjeng Ratu hingga ke daerah Banyumas, karena tidak bertemu dengan kanjeng Ratu, akhirnya di banyumas dia menikah dengan putri keturunan Raja Mangkubumi tersebut dan sampai akhirnya wafat dan dimakamkan di daerah Dayeuh luhur atau pasir luhur (letaknya di sekitar kabupaten Cilacap). Hal ini adalah alasan mengapa ratu kidul di kenal di kerajaan tanah Sunda dan di kerajaan tanah Jawa, dan juga alasan mengapa orang-orang banyumas merupakan campuran antara orang Sunda dan orang Jawa.

Jadi Banyak Wide dan Ratu Kidul sebenarnya merupakan keturunan Raja Galuh yang merupakan cikal bakal kerajaan Padjajaran dan kerajaan Mataram.

di Kerajaan Galuh sendiri perebutan kekuasaannya adalah dengan cara sabung ayam. di Galuh ada salah satu keturunan raja yang pernah dibuang, yaitu Cindelaras. Dia memiliki telur ayam sakti dan keris kecil yang matanya berbentuk ayam dan gagangnya serupa monyet. Keris ini diketemukan kurang lebih tahun 1900 di dalam seruas pohon bambu yang terletak di daerah Majenang. Keunikan penemuan keris ini adalah ada seekor ayam yang terus menghadap ke arah Pohon bambu, dimana ruas yang terdapat keris warnanya berbeda dari yang lainnya, kemudian ruas bambu tersebut di buka dan di dalamnya diketemukan keris Cindelaras, namun sayangnya sepeninggal penemu keris, istrinya membuang jauh keris itu karena menurut seorang pintar dari daerah bekasi, keris itu memiliki sifat negatif. Dan karena isteri penemu berada di jalur agama Islam, maka keris itu dibuang melalui orang pintar tersebut.

Mengenai Lutung Kasarung, dia adalah salah seorang keturunan kerajaan Galuh, mengapa ia menyerupai monyet konon karena dia dikutuk oleh seorang pertapa Sakti dari Kerajaan Galuh. Yang pertama dia telah diperingatkan untuk tidak memanah burung ajaib, namun tetap dilakukannya dan yang kedua dia telah diperingatkan untuk tidak memanah kera ajaib, namun tetap dilakukannya hingga akhirnya sang Pertapa mengutuknya menjadi seekor Lutung atau yang dikenal dengan Prabu Lutung Kasarung.

Sebagai salah satu keturunan kerajaan Galuh-Mataram saya mengalami kejadian unik, yakni sepulang dari Purwokerto ke Jakarta melalui jalur pantai Selatan, kami tanpa sadar dituntun berkunjung ke kerajaan Galuh yang sekarang merupakan cagar Budaya di Ciamis.

Di situ terdapat petilasan prasejarah, tidak ada tulisan atau relief, hanya berupa batu berundak untuk bertapa dan pertemuan, tempat sabung ayam, kolam pemandian dan makam Raja. Namun karena hari menjelang Sore dan kami harus bergegas, maka saya tidak sempat mengunjungi tempat pemandian dan makam Raja Galuh.



mBalik ming: